Cerpen - Memori Lara - Buat Post

Cerpen - Memori Lara

Memori Lara
Oleh: Michelle Amarta Devi

Tidak terasa sudah hampir 2 tahun aku masih menyukainya, sejak pengalaman konyol itu bermula. Saat pulang sekolah, aku sedang duduk di dekat pos satpam sambil memperhatikan beberapa siswa yang sedang berlalu-lalang.Sambil menunggu jemputan, aku menyalakan headsetku dan mendengar salah satu lagu dari band One Direction.

Lagu Drag Me Down yang dinyanyikan oleh para personil tampan itu sedang mengalun di telingaku. Sambil bernyanyi, aku sedikit mengentakkan kakiku sambil menikmati lagu. “All my life, you stood by me. When no one else was ever behind me.”

“All these lights, they can’t blind me. With your love, nobody can drag me down,”

Tunggu! Itu bukan suaraku lagi. Siapa yang ikut bernyanyi denganku tadi? Aku menoleh ke arah seorang pria yang sedang tersenyum lalu seenaknya pergi meninggalkanku dengan ribuan tanda tanya.

Iya. Itu adalah pertemuan awalku dengannya. Seharusnya hari itu tidak terjadi. Mungkin kalian bertanya-tanya apa alasannya, karena aku belum menyelesaikan seluruh cerita ini. Tapi kini, aku akan melanjutkannya perlahan agar kalian mengerti bahwa setiap hal yang berawal dari kebahagiaan, tidak selalu akan berakhir bahagia.

Semenjak kejadian itu, entah kenapa aku semakin penasaran padanya. Siapa laki-laki itu? Bagaimana bisa tiba-tiba dia melanjutkan lagu pada seseorang yang bahkan mengenalnya saja pun tidak!

Pikiranku tentang laki-laki itu semakin meracau tidak jelas arahnya kemana. Dimulai dengan pertanyaan yang sederhana sampai pertanyaan yang rumit seperti “Apakah laki-laki itu adalah pengagum rahasiaku?”

“Ah, wajahnya tampan juga.”

“Apakah dia menyukaiku?”

“Atau mungkin dia menyukai suaraku sehingga ingin berduet denganku saat itu?”

“Haruskah aku menjadi partnernya untuk cover lagu 1D di youtube?”

“AKU AKAN KAYA BERSAMANYA” Baik hentikan. Ini sudah gila. Khayalanku mulai terbang kemana-mana.

Apakah kalian tahu? Disaat aku sudah penasaran dengan suatu hal, aku akan mencoba mencari semua jawabannya sampai ke akarnya sekalipun. Pencarian ini dimulai dengan mencari namanya di seluruh jejaring sosial. Seperti Facebook maupun Instagram.

Banyak hal yang sudah ku temui dari sana. Pertama, namanya adalah Fizha. Dia adalah ketua basket di sekolah. Dan fakta terakhir yang membuatku senang adalah, dia juga Directioners sama sepertiku!

Besoknya, aku mulai menceritakan semua kejadian itu pada Shella. Sedetil-detilnya. Mulai dari pertemuan awalku, perasaanku yang datang secara tiba-tiba sampai dengan segala obsesiku yang berlebihan.

Dari semua cerita yang aku lontarkan, Shella hanya menambahkan “Sepertinya kamu jangan terlalu berharap sama dia deh. Dia itu udah terkenal playboy di sekolah. Namanya Kak Fizha, anak kelas 11,”

Kata-kata Shella membuatku tersadar bahwa tidak heran jika banyak perempuan yang menyukainya. Karena dia memang termasuk pria yang tampan dan mudah bergaul dengan siapa saja. Baginya untuk mendapatkan hati cewek pastilah hal yang mudah.
Lalu tiba-tiba, Yuna datang dan ikut bergabung bersama kami. “Hey, kalian bahas apa sih? Serius banget,”

Tanpa memedulikan pertanyaan Yuna, aku balik bertanya “Kamu ada ID-nya Kak Fizha?”

Yuna tersentak kaget, “Hah? Kak Fizha? Ada sih,” kata Yuna berpikir sebentar.

“Minta dong,” kataku sambil memasang muka melas.

“Boleh. Tapi ntar traktir bakso ya. Aku lupa bawa uang nih, hehe,” kata Yuna sambil menunjukkan senyum sok imutnya padaku.

HUEK! INGIN MUNTAH RASANYA!

“Baiklah Yuna yang cantik. Dengan senang hati Karin akan mentraktirmu hari ini,” kataku sambil tersenyum manis. Walau saat memuji, sebenarnya aku geli juga sih.

“Karin, aku juga mau!” kata Shella padaku tidak ingin kalah.

“Enak saja! Nanti uangku habis. Kamu kan rakus. Dasar gendut!” kataku sambil mencibirnya.

Sambil menggembungkan pipinya, Shella berteriak “KARIN PELIT!”

Melihat ekspresinya itu, kami pun tertawa bersama. Apalagi, saat Shella menggembungkan pipi chubby-nya itu. Ingin kucubit rasanya.

Sepulang sekolah, aku segera berlari ke arah tempat tidur dan membuka ponselku. Yang terpenting sekarang adalah menambahkan Kak Fizha dulu! Hehe. Aku pun segera menyuruh Yuna, untuk mengirimkan kontak Kak Fizha padaku.

1 jam, 2 jam, HUH! YUNA LAMA SEKALI SIH?

Aku pun memutuskan untuk mandi dulu dan memakan hidangan yang sudah disiapkan oleh Ibu di meja. Tiba-tiba ada 1 notif dari ponselku. Ah, dari Yuna!

“Yuna membagikan 1 kontak : Fizha Hamdan,”

“Ah!! Makasih Yuna ~,”

“Sip”

Aku segera menghabiskan makananku dan mulai menimbang-nimbang untuk mengechatnya atau tidak. Sambil berguling-guling di kasur bingung akan memulai chat darimana, aku memegang dadaku yang sedang berdegup kencang disana “Aduh, kenapa deg degan ya? Biasanya juga tidak seperti ini.” Kataku sambil tersenyum.

Akhirnya, aku memutuskan untuk merubah nama kontakku dulu “Kira-kira aku namai apa ya?” kataku sambil berpikir. “Aha! Bagaimana kalau aku pakai nama Rinsa aja? Bagus juga,” kataku sambil mulai mengubah nama kontakku.

“Hai,”

DEG DEG DEG DEG!! 1 kata saja sudah membuat jantungku berdegup kencang. Duh, nanti dibalas apa ya sama dia? Nggak sabar!

“Juga. Siapa?”

HUAA!! Dia membalasnya. “Siapa juga yang akan menyangka bisa jadi seperti ini?!” Aku pun mengguling-gulingkan badanku di kasur tersenyum senang.

“Rinsa. Adik kelasmu. Ini Kak Fizha kelas 11 kan?”
“Iya. Kamu kelas 10 apa?
“Kepo deh,”
“Gak kepo, cuma penasaran aja,”
“Sama aja kali kak.”
“Ya bedain,”
“Haha, bego deh. Mana bisa kek gitu,”

Dan akhirnya chat kami pun berlanjut panjaang. Mulai dari membahas segala hal tentang 1D, membahas tentang pemain sepak bola favorit kami dan masih banyak lagi yang lainnya. Bahkan, aku sering menghabiskan waktu dengan chat bersamanya hingga larut malam.

Di sekolah, aku kembali menceritakan kepada kedua sahabatku tentang Kak Fizha. Seperti biasa, Shella tetap menyuruhku untuk tidak terlalu berharap pada Kak Fizha. Dia takut aku akan sakit hati nantinya. Yah tapi mau bagaimana lagi? Aku tidak sempat berpikir kemungkinan menyedihkan seperti itu sekarang. “Merusak mood saja”, pikirku.

Sampai di rumah, aku seperti biasa segera menaruh tasku di meja dan berlari ke ruang makan untuk menikmati hidangan yang telah Ibu siapkan. Tiba-tiba mataku tertuju pada sebuah kalender dinding di dekat dapur. Hmm, ulang tahunnya Kak Fizha 18 Februari. Berarti sebentar lagi dong? Wah enaknya aku kasih hadiah apa ya untuk Kak Fizha? Sambil makan, aku memainkan ponselku mencari ide tentang hadiah apa yang sekiranya cocok untuk aku berikan pada Kak Fizha. Tentu saja harus hadiah yang berkesan.

Saat sedang mencari ide di internet, akhirnya aku menemukan ide untuk membelikannya sebuah kue bolu yang nanti akan aku taruh sepucuk surat pula di dalamnya. “Wah ide yang bagus!” kataku sambil tersenyum senang.

Paginya di sekolah, sambil bersiul riang aku menghampiri Shella yang sedang membaca buku di dekat jendela. “Shel, bantuin aku yuk,” kataku sembari memberikan beberapa kartu ucapan bermotif yang barusan aku beli kemarin.

“Hah? Buat apa nih?” tanya Shella kebingungan

“Bentar lagi tuh ulang tahunnya Kak Fizha. Jadi aku mau minta tolong sama kamu untuk bantu persiapin hadiah ulang tahunnya,” kataku sambil merengek meminta bantuan pada Shella.

“Kamu terobsesi banget ya sama dia?”

“Shell, plis?” kataku tetap memohon.

“Yaudah deh, aku bantuin” kata Shella sambil mengangguk pasrah.

“Yeay!! Makasih Shella!” kataku sambil memeluknya.

Sejak saat itu, kami berdua sering berdiskusi untuk merencanakan bersama hadiah ulang tahun Kak Fizha. Sepulang sekolah, kami memutuskan untuk pergi bersama ke toko kue di dekat sekolah.

“Permisi mbak, kami mau beli kue bolu rasa mocha deh 1 aja,” kataku sambil menyerahkan selembaran uang.

Kemudian pegawai itu memberikan sekotak bolu pesanan kami. Sepulang dari toko kue itu, entah kenapa suasana hatiku berubah menjadi riang. Terbayang wajah Kak Fizha yang dengan senang hati akan menerima kue bolu pemberianku nanti. Aku memutuskan untuk menyiapkan semua keperluannya hari ini dan tidur lebih cepat tidak sabar dengan hari esok yang akan datang.

Di sekolah, aku mengajak Yuna dan Shella untuk menjalankan misi ini. Karena terlalu gugup, pada akhirnya aku hanya bisa menyuruh mereka untuk menyampaikan hadiahku pada Kak Fizha. Biarlah aku sekadar menjadi pengagum rahasia, yang penting perasaanku sempat tersampaikan melalui surat itu daripada tidak sama sekali.

Setelah bel dibunyikan, terlihat beberapa murid mulai berhamburan keluar kelas. Suasana mulai ramai dengan suara deru kendaraan bermotor yang akan pulang. Begitu juga dengan Kak Fizha yang sedang bersiap-siap pulang menuju ke arah parkiran. Belum sempat dia memakai helmnya, Shella dan Yuna sudah berlari menuju ke arahnya dengan napas terengah-engah. “Kak, ini kue dari temanku buat kakak,”

Dari kejauhan terdengar suara riuh dari teman-temannya.Beberapa ada yang bersiul menggodanya. Aku hanya bisa tersenyum puas dari balik kejauhan melihat hadiahku sudah sampai di tangannya hari ini. Semoga dia suka, pikirku.

Malamnya, aku menunggu pesan dari Kak Fizha. Aku berharap dia mengetahui bahwa itu adalah hadiah dariku. Terbayang nanti dia akan memuji dan berterima kasih padaku yang telah memberikannya hadiah spesial di hari ulang tahunnya hari ini. Itu adalah kali pertama aku berinteraksi dengan kak Fizha di dunia nyata, memberi tanda bahwa aku memang ada di hidupnya. Bukan hanya teman dunia maya.

Tapi apa mau dikata, sudah lama aku menunggu pesan darinya sampai larut malam. Hasilnya nihil, dia tidak memberi kabar sama sekali. Saat membuka history chat, aku melihat foto profil terbarunya. Sedikit terhibur dengan senyum manisnya, namun yang membuat sedih adalah saat senyum itu bukan ditujukan untukku. Melainkan untuk perempuan yang disampingnya. Terlihat dirinya merangkul dengan mesra perempuan itu. Semakin dilihat, semakin terasa sesak rasanya. Tidak menyangka hadiahku tidak akan menumbuhkan perasaan sukanya padaku. Aku kembali dihadapkan dengan kenyataan, bahwa hubungan ini tidak akan pernah lebih dari teman.

Paginya, aku menghampiri Shella menceritakan semuanya. Soal foto profilnya dengan perempuan lain yang kulihat kemarin. Sambil mendengarkan ceritaku, sesekali Shella melirik ke arah Yuna. Begitu pula dengan Yuna yang sedikit menyenggol tangan Shella. Aku yang heran dengan sikap mereka, mulai bertanya “Kalian kenapa sih? Kok aneh gitu,”

“Ehm, aku mau bilang sesuatu. Tapi kamu jangan sedih ya. Aku ngga mau lihat kamu sedih cuma gara-gara dia,” ucap Shella lembut sambil memegang tanganku. “Ada apa Shel?” kataku dengan nada memaksa.

“Kemarin, aku dan Yuna lihat Kak Fizha membaca suratmu dan membagi kuenya bersama teman-temannya. Tapi….”
“Tapi apa Shel? Katakan yang jelas!”
“Tapi dia membuang suratmu Rin,”

Kata-kata Shella waktu itu begitu membuatku terpukul. Tidak menyangka dia akan tega melakukan itu. Kurasa dengan setiap malam kita bertukar pesan, rela menjadi tempat keluh kesahnya, sudah cukup untuk membuatnya nyaman walau hanya sekedar menjadi teman.

Namun kali ini aku salah. Tidak seharusnya aku menaruh harapan pada lelaki sepertinya. Berharap dari sekian banyak wanita dia hanya memilihku, hanyalah suatu mimpi belaka yang pada akhirnya tidak akan pernah terwujud. Dia tidak hanya indah di mataku saja, namun juga indah di mata lainnya. Dibandingkan ribuan gadis di luar sana, harusnya aku sadar bahwa aku bukanlah siapa-siapa di matanya.

Tetapi ada satu hal yang setidaknya membuatku bahagia. Aku pernah menjadi alasannya untuk tertawa, aku pernah dipercayakan untuk menjadi tempat keluh kesahnya dan aku pernah menjadi alasannya untuk bahagia. Walau yang dia lakukan padaku, tidak sebanding dengan apa yang kulakukan untuknya, setidaknya aku kini sadar. Rasa cinta yang kupunya telah berguna walau hanya sementara.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"



Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.

Bagikan Artikel ini

Belum ada Komentar untuk "Cerpen - Memori Lara"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Adsafelink | Shorten your link and earn money

Iklan Tengah Artikel 1

Your Ads Here

Iklan Tengah Artikel 2

Your Ads Here

Iklan Bawah Artikel

Your Ads Here